Senin, 04 Oktober 2010

AKULTURASI SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Pada dasarnya perubahan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat terjadi karena adanya sesuatu yang kurang memuaskan bagi masyarakat. Maka masyarakat dengan sengaja mengadakan perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan zaman. Perubahan kebudayaan dapat terjadi karena adanya faktor baru yang lebih memuaskan bagi masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan kebudayaan antara lain;
1) Akulturasi
2) Asimilasi
3) Inovasi
4) Difusi

Istilah akulturasi atau culture contact (kontak kebudayaan) mempunyai pengertian proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan di olah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Misalnya gerak migrasi, gerak perpindahan dari suku suku bangsa di muka bumi. Migrasi tentu menyebabkan pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda-beda dan akibatnya ialah bahwa individu-individu dalam kelompok-kelompok itu diharapkan dangan unsur-unsur kebudayaan asing.

Proses akulturasi sudah ada sejak dulu kala dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat khusus baru timbul ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di Eropa Barat mulai menyebar ke daerah lain di muka bumi dan mulai mempengaruhi masyarakat di muka bumi ini.

Bersama dengan perkembangan pemerintah-pemerintah jajahan di semua benua dan daerah di luar Eropa, berkembang pula berbagai usaha penyebaran agama Nasrani. Akibat dari proes yang besar ini pada masa sekarang hampir tidak ada suku bangsa yang yang terhindar dari pengaruh unsur unsur kebudayaan Eropa itu. Bangsa Indonesia paling tidak telah mengalami tiga kontak kebudayaan asing yang besar yaitu sebagai berikut.
a) Kontak dengan kebudayaan Hindu-Buddha pada zaman kuno (abad ke- 1-15).
b) Kontak dengan kebudayaan Islam pada zaman madya (abad ke- 15-17).
c) Kontak dengan kebudayaan Barat pada zaman baru (abad ke-17-20).
Bentuk-bentuk dari kontak kebudayaan yang menimbulkan proses akulturasi antara lain:
1) Kontak dapat terjadi antara seluruh masyarakat seluruh masyarakat atau antara bagian-bagian saja dalam masyarakat, dapat juga terjadi antara antara individu-individu dari dua kelumpok.
2) Kontak dapat pula diklasifikasikan antara golongan yang bersahabat dan golongan yang bermusuhan.
3) Kontak dapat pula timbul antara masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang menguasai dan masyarakat yang dikuasai secara politik atau ekonomi.
4) Kotak kebudayaan dapat terjadi antara masyarakat yang:
a) sama besarnya
b) berbeda besarnya
5) kontak kebudayaan dapat terjadi antara aspek-aspek materiil dan yang non materiil dari kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang sederhana dengan kebudayaan yang kompleks dan antara kebudayaan yang kompleks pula.

Contoh akulturasi Indonesia- Hindu/buddha adalah masuknya epos ramayana atau mahabarata dalam cerita wayang. Contoh lain adalah adanya beberapa arsitektur candi dalam bangunan keagamaan di Indonesia. Contoh akulturasi Indonesia-Islam adalah mesuknya sastra dan kesustraan Arab dalam kesustraan Indonesia. Contoh lain adalah masuknya unsur arsitektur masjid dari Timur Tengah yang melengkapi bangunan keagamaan di Indonesia.

Fenomena atau gejala akulturasi di Indonesia bisa kita lihat pada masyarakat Irian Jaya. Kita sering membayangkan bahwa kebudayaan penduduk asli Irian Jaya tersebut tidak pernah berubah, mereka seakan-akan masih hidup dizaman bau dan baru saja mengenal budaya asing. Padahal sebenarnya, masyarakat Irian Jaya sudah melakukan kontak dengan suku bangsa-suku bangsa lain dan memperkenalkan unsur-unsur kebudayaan baru pada penduduk Irian Jaya. Peranan terbesar yang mempertemukan kebudayaan pribumi Irian Jaya dengan kebudayan asing dari luar Irian Jaya dipegang oleh para penyebar agama dan pejabat pemerintahan jajahan. Orang-orang inilah paling intensif bergaul dengan masyarakat asli Irian Jaya. Meski masyarakat Irian Jaya telah lama melakukan kontak dengan orang-orang aing, bahkan dapat menerima unsur budaya asing yang dibawa seperti cara berpakaian, penggunaan alat modern, cara bergaul, dan sebagainya, tetapi mereka tetap mempertahankan budaya budaya dan kepribadian asli mereka.